Like Water that Flows Constantly (by Marissa Haque Fawzi, 2004)


Reflections on the meaning of life: Marissa Haque
(Amidst the flood that hits Indonesia)

Bintaro, Jakarta, February 21, 2004


Water is the source of life.

It is very flexible and can easily adapt itself to anything.

If its course is blocked by a rock, then it will choose another one and continues flowing down towards its destination.

Water also behaves modesty, because it always flows to a lower place.

If the temperature rises, it evaporates, goes up to the sky and afterwards comes down again on the earth.

Water cleans everything; it floods the rice fields in the dry season; it cleans dust and makes the soil fertile.

According to a story, when the rain falls, thousands of angels come down with it.

But if the rains come down in torrents and continuously, like what is happening in the last few days in Indonesia, then there might be something wrong in the relations between men and water.

Water will become men’s friend if we treat it in s friendly way, but if we don’t do it, it will destroy us.In life, water is an indicator of the quality of men in the eyes of God the Almighty.

FLowing Like Water (Marissa Haque Fawzi) Amids a Mild Snow in Athens, Ohio, USA, 2004

FLowing Like Water (Marissa Haque Fawzi) Amids a Mild Snow in Athens, Ohio, USA, 2004
FLowing Like Water (Marissa Haque Fawzi) Amids a Mild Snow in Athens, Ohio, USA, 2004

Sabtu, 15 Mei 2010

Rindu Gus Dur dalam Filosofi Air: Marissa Haque Fawzi untuk Radar banten 2006

23 Januari 2006
RADAR BANTEN

Rindu Gus Dur dalam Filosofi Air

Air, hari-hari belakangan ini di Nusantara tercinta termasuk Banten menjadi momok yang tidak ramah bagi siapapun di mana banjir melanda rumah, pekarangan, serta lingkungan tempat tinggalnya. Siapapun yang berhadapan pasti sekarang sedang berdoa agar air yang berlebihan ini segera enyah dari pandangan serta hidup hidup mereka. Padahal hidup bersama air sangat mirip dengan hidup bersama api – saat masih kecil ia menjadi teman akan tetapi saat semakin besar serta tak mampu lagi dikendalikan ia akan menjadi musuh bersama.

Dan ketika pikiran ini flash back pada kejadian sekitar tiga tahun yang lalu, dalam sebuah perjalanan dari Jakarta melalui Detroit menuju Columbus, Ohio, AS di saat transit airport dan membuka internet gratis di sana. Ketika mencari berita terakhir dari tanah air, saat itu saya membaca berita banjir besar di tanah air. Persis seperti kejadian yang sekarang ini menimpa ranah Banten. Sedih hati saat itu, menginspirasi hati membuat sebuah puisi tentang air. Puisi itu menjadi semacam `mantra' selama tiga tahun belakangan ini yang kemudian tak terasa menjadi filosofi hidup. Terutama saat saya melangkah memasuki dunia politik setelahnya. Puisi tersebut bahkan sampai hari ini dapat dibaca secara mudah oleh umum di www,marissahaque.net --salah satu situs pribadi milikku.

Orang Minang mengatakan dalam sebuah pepatah "Alam terkembang menjadi guru." Lihatlah saudaraku sekalian di alam kita. Amati segala penjuru jagat raya ini, dari galaksi raksasa di angkasa hingga seluruh makhluk hidup di alam. Dari makhluk kehidupan bersel satu sampai yang berkomposisi rumit. Dari seluruh bagian alam biotik maupun abiotik. Kalau kita peka, sebenarnya kita akan melihat suatu tatanan keteraturan dari sebuah grand design prima buatan Sang Maha Sempurna – Allah SWT. Kemana pun kepala kita arahkan di sana akan kita lihat `Wajah-Nya' di mana-mana.

Maka jika hari-hari belakangan ini dirumah Bintaro hampir setiap hari mulai dimasuki berbagai macam serangga serta berbagai satwa lainnya – seperti tikus, kelelawar, kalajengking, kecoa, kadal, dan hewan-hewan kecil aneh yang terkadang saya pun tak tahu apa namanya – saya mulai merasakan bahwa di alam Banten tercinta ini akan terjadi sesuatu yang tidak biasanya. Tapi dengan segala kerendahan hati, mohon jangan samakan saya dengan para kelompok abangan yang dekat dengan aliran klenik, seperti yang kita telah ketahui bersama selama ini. Karena dalam konteks kejadian. yang belakangan saya alami – juga banyak warga di Indonesia belakangan ini persis seperti apa yang saya fahami yang keseluruhnya ada di dalam Al Quranul Karim. Dinyatakan di dalam Q.S. Yunus ayat 6: "Dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya, bagi orang-orang yang bertakwa." Maka kehadiran beragam satwa yang saya saksikan dalam beberapa hari belakangan di rumah ibaratnya adalah signal awal dari Allah SWT ibaratkan sebuah `kompas mini'/'GPS'/ atau bahkan sejenis `antena alarm' yang memberikan early warning system' yang sangat mungkin anda sekalian pun di rumah belakangan mengalaminya akan tetapi mengabaikan kehadirannya. Tulisan ini adalah tema tulisan ketiga saya di kolom Radar Banten yang mengulas mengenai gejala alam dalam kaitan pengaruh perubahan iklim global (Global Climate Change).

Dalam kaitan GCC ini, minggu lalu ketika sedang melaksanakan tugas DPR RI sebagai salah seorang delegasi APPF (Asia Pacific Parliament Forum) ke-14 di Lagoon Hilton Hotel dari tanggal 16-20 Januari ini, di hari kedua di lift saat jeda makan siang dan akan sholat dzuhur menuju kamar, tak -sengaja saya berjumpa Gus Dur. Asisten beliau Mas Sulaeman adalah kawan baik saya. Setelah bertegur sapa sejenak di depan lift saya mohon izin diluangkan waktu sejenak buat curhat pribadi dengan beliau. Di ruangan beliau saya menceritakan mimpi saya dengan pesan metaphor sama berulang terus beberapa kali. Saya melihat air ... air... air ... dlan terakhir api yang menyala-nyala. Sebagai seorang anak Indonesia yang mempunyai seorang ibu (alm) dengan latar belakang budaya NU kental, setiap tanda yang hadir dalam kilasan mimpi hampir tidak pernah menjadi sia-sia, lewat begitu saja tanpa makna. Gus Dur faham dan menjawab beberapa pertanyaan pribadi saya dengan beberapa pentakwilan. Juga sedikit gambaran bahwa setelah air yang datang bak bah yang melimpah ruah akan terjadi kemarahan yang disimbolkan oleh api tersebut. Rakyat banyak yang tak puas dan melakukan banyak aksi-aksi menuntut kebenaran dan hak mereka yang selama ini ditutupi oleh oknum yang berkepentingan. Dan per hari ini dengan dibarengi curah hujan yang deras, debit air tinggi, permukaan air naik melampaui garis normal, membuat saya semakin sadar bahwa tanda dari dalam mimpi tersebut tak sekedar bunga tidur.

Terbukti bahwa Kepala Pusat Sistem Data dan Informasi Badan Meteorologi dan Geofisika Warsito Hadi menyatakan bahwa pertengahan Januari sampai dengan pertengahan Februari 2006 wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi juga sebagian besar Jawa Tengah mendapatkan curah hujan yang sangat deras. Penyebabnya adalah daerah pertumbuhan awan di Laut Jawa telah bergeser ke Selatan. Curah hujan di atas standar (lebih dari 300 mm) terjadi juga di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bahkan di beberapa wilayah seperti di Cirebon, Magelang, dan sebagian besar Sulawesi Selatan juga sekitar Manado, mendapatkan curah hujan lebih diatas 500 mm. Ditambah lingkungan hidup yang semakin buruk – menurut data dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) – membuat daya dukung terhadap antisipasi hujan deras sementara ini tak mungkin diandalkan. Terutama ketika kepulangan para haji dan hajah mabrur asal Pandeglang serta Lebak disambut oleh banjir di kampung halamannya, hati ini terasa teriris pedih serta mulut tak mampu lagi mengucap kata.

Saat bantuan awal obat-obatan serta makanan diturunkan kemarin, terlihat semua itu bagus-bagus saja. Tapi sesungguhnya, apakah sebelumnya tidak ada koordinasi antisipasi serta persiapan awal antara pemerintah setempat dengan BMG (Badan Metorologi Geofisika)? Kalau sesungguhnya kejadian ini setiap tahun berulang terus dengan kecenderungan setiap tahun berikutnya menjadi lebih buruk, tentunya sebelum bencana banjir ini datang, sudah dapat diprediksi serta diantisipasi terlebih dahulu persiapan apa saja yang wajib dijadikan skala prioritas. Bantuan langsung untuk para korban yang telah dilaksanakan selama ini lumayan bagus, akan tetapi penanganan serta penanggulangan agar bericana tidak terns berulang setiap tahun jauh lebih penting. Penangannanya harus terpadu di beberapa tempat banjir serta Iongsor.

Berdasarkan pantauan, permukaan air beberapa sungai yang mengalir di Lebak sudah meluap melebihi tanggul. Sungai-sungai yang meluap itu di antaranya Kali Ciujung, induk sungai yang mengalir di kota Rangkasbitung, Ciliman, Cisimeut, Cibadak, dan anak sungai lainnya. Bahkan per hari ini sebagian warga desa Bojongjuruh kecamatan Banjarsari, Kabupaten Lebak terpaksa menggunakan rakit bagi anak-an ak dan orang tua untuk bepergian. Karena akses jalan menuju keluar wilayah tersebut terendam babjir setinggi 1-1,5 meter. Di samping itu, sebanyak delapan puluh lima warga Bojongmeong, desa Bojongjuruh terisolasi. Di Kabupaten Pandeglang banjir terjadi di Desan Cibitung, Kecamatan Munjul dengan jumlah rumah terendam sebanyak seratus buah. Kabupaten Tangerang terjadi di Desa Tanjong Burung Kecamatan Teluk Naga, sebanyak dun ratus rumah terendam. Banjir juga terjadi di Serang dan Cilegon, namun tidak separah seperti di wilayah¬-wilayah yang telah disebut di atas.

Duh... Allahu Robbi... adakah jalan keluar segera bagi kita semua khususnya bagi mereka yang sedans menderita ini? Cukuplah tempat-tempat itu saja yang terendam banjir, jangan tambah lagi ya Allah. Karena bilamana bald bantuan sangat terbatas dan tidak dapat mengejar jumlah yang dibutuhkan, berbagai penyakit akan segera menyergap warga. Korban-korban yang sakit bahkan akan dapat membawa mereka pada kematian. Bila Pemprov committed dengan peningkatan pelayanan publik selama ini seperti apa yang digaung-gaungkan, maka rakyat harus segera memintanya di dalam penanggulangan banjir ini dengan tidak sekedar mengecek lokasi dengan perahu karet keliling lokasi. Kalau memang dana Bansos sudah turun dari Depsos, mohon melakukan langkah kerja sama dengan pihak luar negeri yang paham masalah dam, seperti misalnya Belanda. Dari alam ciptaa Allah sebenarnya menghendaki kita agar man dan mampu berpikir tentang semua kejadian yang terkait dengannya serta incilgarnbil pcla,laran dari padanya.

Dalam QS. Al Ankabuut ayat 20 dikatakan: "Katakanlah berjalanlah di (maka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." Belajarlah dari para serangga yang memasuki rumah kita di saat-saat musim penghujan ini, dan perhatikan bagaimana mereka survive dengan segala keterbatasan dirinya. Lihatlah laba-laba, lebah, capung, lalat, semut, dan bahkan kupu-kupu. Mereka mampu membuat 'tanggul' pertahanan kehidupannya dengan harmoni dan seimbang. Bagaimana dengan manusia yang menganggap dirinya modern selama ini? Mampukah kita menambal kembali kebocoran ekosistem yang dengan atau tanpa sengaja telah kita rusak dan mencurinya dari anak-cucu kita? Lihatlah apa yang telah dikembalikan o1eh alam kepada kita per hari ini. Semoga saja kita tidak ditenggelamkan sang air bersarma jalannya sang waktu.

Allahu Akbar, Merdeka!

Entri Populer